LAPORAN PENELITIAN MANDIRI KEARIPAN LOKAL DALAM RITUAL KEMATIAN PADA MASYARAKAT HINDU ETNIS DAYAK SIANG DI KECAMATAN TANAH SIANG KABUPATEN MURUNG RAYA

Eka, Nali LAPORAN PENELITIAN MANDIRI KEARIPAN LOKAL DALAM RITUAL KEMATIAN PADA MASYARAKAT HINDU ETNIS DAYAK SIANG DI KECAMATAN TANAH SIANG KABUPATEN MURUNG RAYA.

[img]
Preview
Text
PENELITIAN MANDIRI TAHUN 2014 MURUNG RAYA.pdf

Download (2MB) | Preview

Abstract

Bagi agama Hindu berbicara tentang kematian dan perjalanan sang roh setelah kematian bukan sesuatu yang asing atau bahkan tabu untuk dibicarakan. Hal ini dapat terlihat dari apa yang termuat dalam Veda dan salah satu bentuk nyatanya adalah pada keberadaan ritual kematian yang terdapat dalam agama Hindu. Walaupun Hindu mengajarkan bahwa kematian adalah proses pergantian tubuh, layaknya orang yang mengganti pakaian. Namun demikian pada saat ada kematian, bagi yang masih hidup memiliki kewajiban untuk merawat, membersihkan dan mengupacarai jenazah sebelum dimakamkan atau pun dikremasi. Demikian juga halnya masyarakat Hindu etnis Dayak Siang juga memiliki tata cara ritual kematian yang dijalankan dan diyakini kebenarannya. Titik incar kajian ini adalah menyangkut bagaimana bentuk dan nilai kearipan lokal dalam ritual kematian pada masyarakat Hindu etnis Dayak Siang Di kabupaten Murung Raya. Teori jiwa menjadi salah satu perspekif teoritis yang digunakan dalam analisis kearipan lokal dalam ritual kematian pada masyarakat Hindu etnis Dayak Siang. Masyarakat Dayak Siang yang meyakini bahwa seorang manusia yang meninggal dunia tidak langsung terlahir kembali di alam berikutnya, melainkan masih berada di alam fana selama 7 (Tujuh) hari. Dengan dasar kepercayaan tersebut, pihak keluarga lazimnya memperlakukan jenazah layaknya ketika orang tersebut masih hidup, kebutuhan sehari-harinya dipersiapkan. Kepercayaan tentang keadaan pertengahan antara kematian dan kelahiran kembali tersebut berakar pada teori tentang roh. Selain itu Teori Fungsionalisme Struktural juga menjadi salah satu perspektif teoritis yang digunakan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi. Jenis penelitian ini adalah penelitian Kualitatif. Sumber data yang digunakan berupa informan, yakni Basie sebagai pelaku utama ritual, Selain menggunakan para informan, peneliti juga menggunakan sumber data tertulis atau dokumen dan buku-buku yang relevan dengan fokus penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Selain itu instrumen penelitian ini juga berupa alat-alat yang mendukung dalam memperoleh data penelitian seperti tape recoder, kamera dan alat tulis. Selain menggunakan metode Snowballing Sampling peneliti juga menggunakan metode penetuan informan dengan metode Purposive Sampling untuk orang yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki. Dalam hal ini yang peneliti pilih yaitu para Basie, Demang kepala adat dan tokoh Hindu Kaharingan serta para masyarakat yang berperan aktif dan memahami dalam pelaksanaan ritual kematian yang dilakukan oleh umat Hindu etnis Dayak Siang di Kecamatan Tanah Siang Kabupaten Murung Raya. Metode pengumpulan data yang diterapkan dalam kegiatan penelitian ini meliputi pengamatan, wawancara, perekaman dan studi dokumentasi. Data hasil pengumpulan data tersebut akan dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif, yang merupakan suatu alur kegiatan yang meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Ritual kematian pada masyarakat Hindu Dayak Siang tidak hanya sampai pada ritual penguburan, namun masih dilanjutkan dengan acara Ngoniou, Ngehak Hino, Ura Baun Tungkang Ombang Merua, Bapura (Bapura Tuhun Lopo, Bapura Baun Tungkang, Bapura Toka Tana Pandung Benang dan Bapura Toka Tana Pandung Kayu), dan puncaknya adalah upacara Totoh Dalo. Terdapat dua makna dalam penyelenggaraan upacara kematian, yakni makna religius dan makna sosial. Makna pertama, adalah sebagai viii penghormatan terakhir dan pensucian arwah sekaligus mengantarkannya ke dunia yang abadi. Makna kedua adalah makna sosial sebagai media berinteraksi antar sanak saudara, tetangga, dan masyarakat sekelilingnya. Bagi Masyarakat Dayak yang Siang paling tidak terdapat dua makna dalam penyelenggaraan upacara kematian, yakni makna religius dan makna sosial. Makna pertama, adalah sebagai penghormatan terakhir dan pensucian arwah sekaligus mengantarkannya ke dunia yang abadi. Makna kedua adalah makna sosial sebagai media berinteraksi antar sanak saudara, tetangga, dan masyarakat sekelilingnya. Dalam dimensi ini upacara kematian mampu mempertemukan berbagai kepentingan yang berasal dari berbagai golongan dan lapisan sosial yang berbeda, bahkan menjalin hububungan yang harmonis antar etnik. Dengan demikian makna sosial dari upacara kematian ini adalah menjaga keteraturan dalam masyarakat. Kata Kunci : Kearipan local, upacara kematian dan Masyarakat Hindu Dayak Siang

Item Type: Article
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion
Depositing User: Nali Eka Nali
Date Deposited: 03 May 2023 04:41
Last Modified: 03 May 2023 04:41
URI: http://www.digilib.iahntp.ac.id/id/eprint/364

Actions (login required)

View Item View Item